Menjadi mahasiswa Penerbitan (Jurnalistik) bukanlah sesuatu yang pernah terlintas dalam pikiran saya sebelumnya. Namun, saat memutuskan untuk mendaftar di program studi Penerbitan (Jurnalistik) di Politeknik Negeri Jakarta, saya merasa inilah pilihan yang paling sesuai dengan minat dan kemampuan saya. Singkat cerita, saat ini saya sudah berada di tingkat tiga, di jurusan Teknik Grafika dan Penerbitan.
Pada awal perkuliahan, saya menemukan banyak hal baru, terlebih karena saya masuk kuliah saat masa transisi dari pandemi. Sebelumnya, jarang sekali ada kesempatan untuk bertemu orang baru atau bepergian. Namun, di semester 1, Bapak Arief Joko Wicaksono mengajak kami melakukan liputan langsung di sekitar Gedung MNC dan Stasiun Gondangdia. Pengalaman ini sangat menarik karena saya dituntut untuk berani mewawancarai orang yang sebelumnya tidak saya kenal dan peka terhadap situasi di lapangan.
Selain liputan di Gondangdia, saya juga diajak ke Taman Ismail Marzuki untuk menghadiri sebuah acara yang diisi oleh para penulis hebat dari berbagai latar belakang. Di sana, saya berkesempatan mewawancarai beberapa penulis seperti Remmy Novaris DM, Nanang Ribut Supriyatin, dan Pulo Lasman Simanjuntak.
Tidak hanya itu, saya juga mendapat kesempatan untuk mewawancarai Emi Suy, seorang penyair wanita yang telah menghasilkan banyak puisi luar biasa. Bersama kelompok, kami menjalankan proses wawancara seperti tim profesional dari stasiun televisi. Mulai dari menghubungi langsung Emi Suy untuk membuat janji, menyiapkan mikrofon dan kamera, hingga melakukan proses shooting untuk video wawancara yang nantinya akan ditayangkan di YouTube. Pengalaman ini benar-benar tak terlupakan bagi saya.
Menjadi mahasiswa jurnalistik telah membuka banyak peluang untuk mencoba hal-hal baru yang menambah wawasan dan pengalaman saya. Terlebih lagi, para dosen di jurusan Teknik Grafika dan Penerbitan bukanlah sembarang dosen; mereka sudah sangat berpengalaman di bidangnya, sehingga setiap materi yang mereka sampaikan sangat bermanfaat dan penuh makna.