![]() |
Ilustrasi Ibu dan Anak (sumber: https://img.freepik.com/premium-photo/portrait-smiling-young-woman_1048944-27550800.jpg) |
Setiap
orang tua pasti selalu berusaha melakukan yang terbaik untuk anak-anaknya.
Apapun akan mereka lakukan agar anaknya bisa sukses dan berhasil. Namun karena
terlalu fokus untuk mencari uang, mereka lupa bahwa ada anak-anaknya yang harus
diberi perhatian.
Aku
terlahir dari keluarga yang lengkap, aku memanggilnya ayah dan mama. Ayah
seorang supir di salah satu aplikasi transportasi online dan mama
seorang pedagang warung kopi di dekat pabrik. Pendapatan ayah sebagai seorang
supir tidak mencukupi biaya sehari-hari. Oleh karena itu, mama berinisiatif
untuk berdagang.
Dari
dulu mama memang orang yang sedikit tempramen, ia mudah sekali untuk tersulut
emosi. Tak jarang, jika merasa kecapekan mama melimpahkan kekesalannya kepada
anak-anaknya di rumah. Pernah waktu itu, aku tidak langsung melakukan apa yang
ia perintahkan dengan segera. Alhasil, mama marah sejadi-jadinya.
Selama
aku hidup di dunia, aku selalu berusaha untuk menjadi anak yang baik dan
penurut. Aku juga tidak pernah melakukan hal aneh-aneh yang bisa merugikan nama
baik keluarga dan selalu berusaha untuk menjadi anak yang mandiri serta menjadi
contoh baik untuk adikku.
Tapi
terkadang, apa yang aku lakukan tidak terlihat di mata mama. Aku merasa aku
tidak pernah cukup untuknya. Saat mama marah, ia pasti berbicara dengan nada
tinggi dan membentak. Hal ini tidak terjadi sekali dua kali melainkan hampir
setiap mama marah dan aku hanya bisa diam.
Sehingga
tanpa sadar, aku mempunyai ketakutan dan trauma sendiri ketika mendengar
teriakan atau suara kencang yang mengagetkan. Hanya suara kursi jatuh pun jantungku
langsung berdebar dengan kencang.
Setiap
hari mama sibuk berdagang, sampai rumah sudah capek lalu langsung mandi dan
berbaring di kasur. Ia tidak pernah menanyakan keseharianku, bagaimana aku di
kampus, atau sekadar menanyakan kenapa aku terlihat murung. Karena itulah aku
tidak dekat dengan mama atau ayah. Mereka ada, mereka aku lihat setiap hari,
tetapi aku merasa jauh dengan mereka.
Hingga
suatu waktu dan pada saat itu aku sedang merasa burnout karena urusan
perkuliahan yang tidak ada habisnya. Mama kesal kepadaku dan kali ini teriakan
dan suara bentakannya sangat kencang. Ini pertama kalinya mama berteriak
sekencang itu kepadaku. Aku hanya bisa
menangis dan mengatakan, “sudah ma..
sudah.. kakak takut mama bentak-bentak.. kakak gemetaran.. iya kakak
salah.. kakak minta maaf.”
Namun,
mama malah semakin membentak dan meninggikan suaranya. Saat itu, mama
benar-benar tersulut emosi. Aku semakin menangis sambil menutup telinga dengan
kedua tanganku yang gemetaran. Aku benar-benar ketakutan.
Beberapa
saat setelahnya, aku dan mama sudah sama-sama tenang. Lalu mama memanggilku dan
meminta maaf kepadaku karena telah kelepasan tidak bisa mengontrol emosinya.
Aku pun langsung meminta maaf kepadanya karena sudah berani menjawab saat mama
marah dan mengakui kesalahanku.
Aku
juga mengatakan apa yang tidak pernah aku sampaikan sebelumnya, bahwa aku ingin
lebih diperhatikan dan ditanya tentang keseharianku. Aku dan mama sama-sama
merasa capek dengan urusan masing-masing tetapi aku mau kami bisa saling
membesarkan hati dan bertukar cerita sepulang beraktivitas.
Mama
menerima apa yang aku sampaikan dan disitu kami langsung berpelukan. Saat ini kami
sedang berusaha untuk memperbaiki semuanya. Aku juga mencoba untuk lebih
mengerti mama, agar hal seperti ini tidak sering terjadi.
Pernah
tebersit di benakku kenapa mama selalu sering marah untuk hal-hal yang aku
anggap sepele. Tapi semakin dewasa dan aku sudah mampu melihat semua ini dengan
sudut pandang yang lain, sehingga sekarang aku sudah tidak berpikiran buruk
tentang mama lagi.
Rasanya sangat jahat jika aku hanya menyalahkan
mama, padahal ia sudah mati-matian berjuang untuk mencukupi kebutuhanku. Ini
juga pertama kalinya ia menjadi orang tua. Alasan mama marah pun pasti tidak
terlepas dari aku yang salah dan mama ingin memberi pelajaran agar aku menjadi
lebih baik.
Di
balik mama yang sering marah dan tempramen. Mama adalah orang paling baik yang
aku kenal dan perjuangannya untuk keluarga kami tidak main-main. Setiap pagi
mama selalu bangun pagi untuk siap-siap berdagang agar bisa memberikan aku dan
adikku ongkos untuk ke kampus dan sekolah.
Tak
jarang ditengah kesibukannya dalam berdagang mama menyempatkan untuk memasak makanan
kesukaan aku atau adikku. Ia selalu berpesan untuk aku dan adikku tidak sering
bertengkar. Ia mengajarkan kami untuk saling menghormati dan memaafkan. Untukku,
ia adalah mama yang paling terbaik. Mungkin aku akan hilang arah jika tidak ada
mama.
Mama
seseorang yang ramah dan mudah bergaul. Ia juga selalu mengusahakan dan
membantu orang lain yang sedang memerlukan bantuan. Bahkan terkadang aku melihat
mama terlalu baik kepada orang-orang dan mungkin karena terlalu baik itulah
mama sering mendapat kekecewaan. Sehingga, ia memendam kesal dan akhirnya mudah
tersulut emosi.
Ya
Allah, aku ingin mama selalu diberi kebahagiaan, kesehatan dan panjang umur. Agar
aku bisa memberikan apa yang ia inginkan, meskipun tetap saja itu tidak
sebanding dengan apa yang telah ia berikan dan lakukan untukku.
Aku
bukanlah anak yang baik. Terkadang, aku membuat kesalahan, mengabaikan nasihatnya,
dan membuatnya khawatir. Namun, semua yang sedang aku usahakan saat ini adalah
proses untuk membuatnya bangga terhadapku.
Ma, maafkanlah anakmu ini. Semoga aku bisa segera membahagiakanmu dan membuatmu bangga. Kakak sayang mama.