![]() |
(Foto: Reuters) |
Jika
anda sering berselancar di aplikasi Facebook, anda harus berhati-hati dalam
mengelola informasi. Pada aplikasi Facebook, mudah sekali untuk menemukan
berita hoaks. Berita hoaks adalah berita yang sumbernya tidak jelas, berisikan
informasi yang tidak benar karena telah direkayasa untuk terlihat seperti nyata
adanya dan sebagai upaya untuk membolak-balik kan fakta sehingga dapat
menciptakan kecemasan, kegelisahan, dan rasa benci dalam masyarakat.
Menurut
Juditha, media sosial menjadi media penyebaran hoaks terbanyak serta menjadi arus
dalam penyebaran hoaks, masing-masing sebesar 1,2% (radio), 5% (media cetak) dan
8,70% (televisi). Tidak hanya melalui media saja, namun hoaks sangat banyak
beredar di masyarakat melalui media online.
Dari
beberapa hasil penelitian terdahulu yang salah satunya yaitu Mastel, menyatakan
bahwasannya media yang paling banyak digunakan untuk menjadi penyebaran hoaks
adalah situs web sebesar 34,90%, aplikasi chatting (Whatsapp,
Line, Telegram) sebanyak 62,80%, dan melalui media sosial (Facebook, Twitter, Instagram,
dll) yang merupakan media terbanyak digunakan yaitu mencapai 92,40%.
Sedangkan
data yang dicatat oleh Kementrian Komunikasi dan Informasi menyebutkan ada
sebanyak 800 ribu situs di Indonesia yang terindikasi sebagai penyebar hoaks
(Juditha, Cristtiany, 2019).
Lalu
mengapa penyebaran hoaks di Facebook begitu tinggi?
Mark
Zuckerberg, pendiri Facebook mengakui berita palsu atau hoaks tak bisa
terhindarkan di era media sosial. Facebook menjadi salah satu tempat
"favorit" untuk menyebarkan berita palsu tersebut.
Populernya
Facebook sebagai medium untuk menyebarkan hoaks bertalian dengan kenyataan
bahwa media sosial tersebut memiliki lebih dari 2,2 miliar basis pengguna.
Dengan basis pengguna yang besar, mudah bagi suatu berita bohong menyebar
dengan cepat di dunia maya. Setiap berita bohong bisa disebar ke ribuan
pengguna media sosial dan dikomentari dalam jumlah yang tak kalah besar.
Dalam
“hoaks Distribution Through Digital Platforms in Indonesia 2018,” laporan atas
survei yang dilakukan pada 2.032 orang di Indonesia yang dilakukan DailySocial,
Facebook menempati urutan teratas sebagai media sosial sumber informasi warga
internet Indonesia pada 2018. Ada 77,76 persen responden yang mengaku
memperoleh informasi dari Facebook. Unggul dibandingkan WhatsApp (72,93 persen)
dan Instagram (60,24 persen). Baik WhatsApp maupun Instagram juga dimiliki oleh
Facebook.
Secara
menyeluruh, 53,25 persen responden mengaku sering menerima hoaks melalui media
sosial. Karena Facebook merupakan media sosial utama dalam memperoleh
informasi, platform ini pun didaulat 81,25 persen responden sebagai medium
utama sebagai sumber hoaks.
Di
Indonesia, generasi X yang lahir pada tahun 1965 hingga 1980 mudah sekali untuk
terpapar berita hoaks di Facebook. Salah satunya karena Facebook sangat
terkenal pada masa-masa generasi X masih berusia muda. Kurangnya literasi dan
pengetahuan tentang berita hoaks menjadi salah satu penyebab generasi X mudah
tertipu dan menjadi korban atas berita hoaks yang beredar. Sehingga,
kepercayaan masyarakat terhadap Facebook sedikit menurun.
Fenomena
penyebaran berita hoaks pada Facebook sangat mempengaruhi pemikiran masyarakat,
terutama bagi masyarakat Generasi X yang masih terbilang baru dalam mengenal
teknologi. Gen X harus diberi penyuluhan atas penggunaan teknologi, agar tidak
salah memahami berita dan dapat mengambil sisi positif dari teknologi, terutama
pada aplikasi Facebook.
Hendaknya
para pengguna sosial media selalu periksa kebenaran informasi yang ditemukan pada
media sosial atau internet dan pastikan untuk memeriksa fakta sebelum
menyebarkan informasi lebih lanjut. Selain itu perlu juga untuk memahami ciri-ciri
berita bohong dan meningkatkan pemahaman agar tidak mudah terpancing oleh hoaks.