![]() |
Mewancarai Mutia yang Seorang Cat Sitter. |
Perempuan bertubuh ramping dan tinggi itu selalu terburu-buru ketika meninggalkan kelas yang baru saja selesai. Selain menjadi mahasiswa aktif di Politeknik Negeri Jakarta, ia juga seorang cat sitter atau penjaga kucing di salah satu perusahaan penyewa jasa penjaga kucing di Indonesia. Ialah Mutia Dwi Anggraini, perempuan muda yang lahir di Jakarta, 16 September 2003 lalu.
Awal mula Mutia menjadi cat sitter yaitu karena ia merupakan seseorang yang sangat suka dengan kucing, tentu saja ia memiliki kucing peliharaan yang ia namakan Amink. Mutia sayang sekali dengan Amink, ia juga merawat Amink dengan sangat baik. Suatu hari ia menemukan lowongan kerja sebagai cat sitter, lalu ia langsung melamar pekerjaan tersebut dan syukurlah ia diterima.
Karena pekerjaan sebagai cat sitter ini tidak harus seharian penuh, melainkan hanya beberapa jam saja tergantung si penyewa jasa, Mutia berani mengambil pekerjaan ini. Hitung-hitung untuk menambah pengalaman dan uang jajan. Selain itu untuk membangun koneksi yang baik dengan para pemilik kucing yang memiliki beragam latar belakang.
Jika sedang libur kuliah Mutia bisa visit ke dua atau tiga tempat untuk menjadi cat sitter, sedangkan jika ada kuliah Mutia hanya visit ke satu tempat saja. Wilayah yang ia jangkau untuk menjadi cat sitter pun tidak terlalu jauh dari tempat tinggalnya, hanya sekitaran Jakarta Timur, Bekasi dan Depok.
Dalam membagi
waktu untuk kuliah dan bekerja, Mutia agak mengalami kesulitan, karena
terkadang jadwal kuliahnya yang harus ke kampus dengan jadwal ia menjadi cat
sitter bentrok, namun ia selalu mengusahakan untuk semuanya bisa dikerjakan
dengan baik. “Biasanya aku cat sitting sambil
ngerjain tugas atau kuliah online dan kalau kuliah offline, aku
ke kampus dulu baru visit.” ungkap Mutia.
Sebagai
cat sitter, Mutia mengaku pekerjaanya tidak selalu berjalan mulus.
Terkadang ia merasa jenuh jika bertemu dengan kucing yang pendiam dan pemalu
juga tidak ingin dielus-elus, sedangkan ia sudah disewa sebagai cat sitter
selama tiga jam. Alhasil yang ia lakukan hanya menyiapkan makanan dan minuman
kucingnya saja.
Tetapi Mutia selalu berusaha mencoba untuk melakukan pendekatan kepada kucing-kucing yang ia jaga dengan cara mengajaknya ngobrol, sehingga lama kelamaan kucing yang takut pun bisa luluh dan mau mendekatinya. Hal ini juga bisa membuat si pemilik kucing yang menyewa jasa Mutia sebagai cat sitter senang, karena mengetahui kucingnya yang takut dengan orang baru bisa dekat dengan Mutia sebagai cat sitternya.
Mutia
merasa senang dan nyaman menjalani pekerjaan sebagai cat sitter ini,
karena menurutnya apapun pekerjaan yang dijalani dengan penuh suka hati,
hasilnya akan baik. Tidak sedikit dari yang menyewa jasa Mutia sebagai cat
sitter membaca diri dan aura yang ia pancarkan, apakah ia melakukan
pekerjaannya dengan sungguh-sungguh atau hanya sekadar mencari uang.
Dari kisah Mutia kita dapat memetik pelajaran
bahwa tidak apa untuk mengambil dua tanggung jawab secara bersamaan asal kita
bisa melaksanakannya dengan baik dan juga kita harus sepenuh hati dalam menjalani
pekerjaan, agar semua yang sedang dikerjakan berbuah manis.