![]() |
Rumah ibadah agama Sikh. |
Sikh merupakan aliran yang disebut Shikisme yang berarti agama yang percaya akan satu Tuhan yang sama. Di Indonesia, aliran Sikh belum cukup dikenal dan hampir semua pemeluknya berdarah India. Maka tak jarang, umat Sikh sering dikira orang Islam atau Hindu karena penampilan mereka yang serupa, padahal agama Sikh berbeda dengan kedua agama tersebut.
Sabtu pagi, 13 Januari 2024.
Saya berkunjung ke Sikh Temple, Pasar Baru, Jakarta Pusat. Saya pergi ke sana
menaiki kereta komuter dan turun di Stasiun Juanda lalu berjalan selama 15
menit untuk sampai di sana. Sesampainya saya di depan bangunan Sikh Temple,
saya cukup terkejut, karena bangunan kuilnya sekilas mirip dengan masjid yang
mana merupakan tempat ibadah bagi umat Islam. Dari luar, Sikh Temple atau
Gurdwara -tempat ibadah umat Sikh- ini terlihat memiliki kubah di
atasnya dan berdinding putih dengan aksen warna emas dan biru.
Di gurdwara, saya bertemu dengan
Pak Mohan Singh, beliau merupakan orang yang sehari-hari ada di Sikh Temple
Pasar Baru. Gurdwara ini dibuka setiap hari dari jam 05.30 pagi sampai 07.00
malam. Siapapun boleh datang ke gurdwara termasuk orang-orang yang bukan
beragama Sikh.
“Siapa saja boleh datang ke
sini, yang tidak beragama Sikh pun boleh datang. Kami selalu terbuka untuk semuanya”
ucap Pak Mohan Singh.
Bangunan gurdwara ini sudah
berdiri sejak tahun 1956 dan merupakan salah satu gurdwara terbesar di Jakarta.
Sebelum masuk gurdwara, setiap orang diwajibkan untuk mencuci kaki dan tangan
sebagai wujud membersihkan dan menjaga kesucian diri, maka itu saya pun
langsung bergegas ke tempat cuci kaki dan tangan yang berada di sisi kiri
gurdwara.
Jika datang ke gurdwara, jangan
lupa untuk membawa penutup kepala, karena dalam agama Sikh, baik laki-laki
maupun perempuan wajib mengenakannya. Mengenakan penutup kepala seperti sorban/turban
bagi laki-laki dan selendang bagi perempuan merupakan suatu identitas untuk umat
Sikh. Di sebelah kiri pintu utama gurdwara terdapat lemari kecil yang berisi
kain-kain penutup kepala, jadi orang-orang yang tidak membawa penutup kepala
bisa meminjam kain-kain tersebut.
Gurdwara yang terletak di Pasar
Baru ini memiliki dua lantai, aula lantai bawah dibuka setiap hari sedangkan
aula lantai atas dibuka hanya untuk hari minggu. Aula gurdwara ini cukup luas,
karpet-karpet lebar berwarna merah terhampar menutupi lantai aula.
Jendela-jendela besar dengan kusen berbentuk kubah sebagaimana yang kerap ada
di dalam masjid, dilapisi oleh gorden panjang menjuntai berwarna putih, merah
muda dan krem mengelilingi ruangan aula. Dalam hati saya berkata, kalau
gurdwara ini benar-benar seperti masjid.
Di dinding aula gurdwara,
dipajang 10 gambar guru-guru terdahulu mereka. Salah satunya yaitu foto Guru
Nanak Dev Ji yang merupakan pencetus agama Sikh dan guru pertama penerima
wahyu. Di posisi depan aula terdapat mimbar yang digunakan untuk tempat
penyimpanan kitab suci agama Sikh atau disebut Shree Guru Granth Saheb Ji.
Mimbar tersebut dibuat lebih tinggi menyerupai singgasana dan digunakan untuk
Giani -pemuka agama Sikh- melantunkan lagu-lagu pujian atau membaca
kitab suci.
Sedangkan di sebelah kiri mimbar
terdapat alat musik yang disebut Harmonium dan Tabla, digunakan untuk
mengiringi Giani saat melantunkan pujian. Lalu di sebelah kanan mimbar terdapat
ruangan untuk tempat peristirahatan kitab suci, karena umat Sikh memperlakukan
kitab suci mereka seperti dewa.
Saat saya sudah berada di dalam aula, saya
melihat umat Sikh yang baru datang akan langsung maju
ke depan mimbar untuk memberikan penghormatan kepada Shree Guru Granth Saheb
Ji dengan bersujud, mirip dengan salah satu posisi salat. Setelah itu
mereka akan memberikan infak ke tempat yang telah disediakan, letaknya ada di
dekat mimbar.
Terlihat juga seorang umat Sikh yang
sudah datang duluan sedang membaca kitab suci menggunakan bahasa Punjab, India
itu dengan khusyu. Menurut Pak Mohan Singh, sikhisme berarti pengikut atau
pembelajar.
Di gurdwara ini anda hanya akan
melihat beberapa kursi, karena salah satu tradisi umat Sikh adalah duduk
lesehan yang memiliki filosofi ‘siapapun yang datang ke gurdwara mempunyai
kedudukan yang sama’.
“Ibadahnya dilakukan secara
berjamaah, kami bersama-sama melantunkan lagu-lagu pujian dan duduk lesehan di
bawah. Kami tidak menggunakan kursi tetapi dengan perkembangannya zaman,
sekarang disediakan beberapa kursi untuk orang-orang yang tidak bisa duduk di
bawah” tutur Pak Mohan Singh.
Setelah selesai berdoa, para
umat Sikh melaksanakan makan bersama atau disebut Guru Ka Langgar. Tradisi
ini adalah makan bersama makanan yang sudah disediakan secara prasmanan oleh
gurdwara, banyak makanan yang tersedia seperti nasi, roti chapati, sayur kacang
ijo, sayur tahu, sambal mangga khas India, buah-buahan dan juga teh tarik.
Makanan yang disediakan pun tidak mengandung hewani dan tidak memakai mecin. Di
sana saya berkesempatan mencicipi roti chapati dan teh tariknya.
Menurut Pak Mohan sendiri,
gurdwara setiap hari selalu menyediakan makanan dan siapapun boleh ikut makan
bersama, karena tradisi ini sudah dilaksanakan secara turun temurun sejak dulu
di India. Maka dari itu, di gurdwara ini tersedia dapur untuk para pekerja
gurdwara menyediakan makanan yang akan disajikan setiap harinya. Uniknya,
kebanyakan dari para pekerja beragama Islam.
Setelah berkeliling gurdwara,
saya berbincang-bincang dengan Pak Mohan Singh. Ternyata, umat Sikh di
Indonesia dikategorikan agama Hindu dalam Kartu Tanda Penduduk (KTP) mereka.
Namun tampaknya hal ini bukan persoalan besar bagi mereka, karena sampai saat
ini umat Sikh tetap damai sentosa tanpa mempermasalahkan hal tersebut.
Saya juga sempat bertanya, bagaimana cara membedakan umat Sikh dengan umat Islam, lalu Pak Mohan Singh menjawab, “Sebenarnya tidak ada ya, karena dari segi penampilan kami sangat mirip, apalagi dengan penggunaan sorban dan jenggot yang panjang. Tetapi umat Sikh selalu ada nama ‘Singh’ nya untuk laki-laki dan ‘Kaur’ untuk perempuan. Contohnya saya, Mohan Singh”.
Setelah mengunjungi Sikh Temple, saya banyak mendapat wawasan dan pengetahuan baru yang sebelumnya saya tidak ketahui. Umat Sikh diajarkan untuk selalu mengutamakan kesederhanaan, kebersamaan dan kesetaraan oleh Guru terdahulu mereka, maka tak heran jika pertama kali saya datang ke gurdwara pun, saya disambut dengan sangat baik oleh mereka. Tidak ada perasaan terintimidasi saat saya mengunjungi rumah ibadah agama Sikh. Sikh Temple bisa anda jadikan salah satu destinasi jika sedang berkunjung ke daerah Pasar Baru, Jakarta Pusat.